MAKALAH
NOVEL ANGKATAN 20-30 an
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmatNya yang telah diberikan
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang NOVEL ANGKATAN
20-30an.
Adapun makalah ini kami
buat dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari
semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
memberi saran dan kritik kepada kami, sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR
ISI………………………………………………………… ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………….…………………………….. 1
1.2 Rumusan
Masalah……….………………………………. 1
1.3 Tujuan
…………….…………………………………….. 1
1.4 Metode………………………….……………………….. 1
BAB
II PEMBAHASAN MATERI
2.1 Judul-Judul
Pengarang Novel Angkatan 20-30an……….. 2
2.2 Sinopsis Sengsara membawa Nikmat….
…………….….. 10
2.3 Kebiasaan,
Adat Dan Etika Novel Sengsara
Membawa
Nikmat …………….…………………..…….. 12
2.4 Kaitan
kebiasaan, adat, dan etika novel “Sengsara Membawa Nikmat”
dengan kehidupan sekarang ….……..…………….. 12
dengan kehidupan sekarang ….……..…………….. 12
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………… 13
3.2 Saran………………………………………………….… 13
DAFTAR
PUSTAKA…….…………………………………………. 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya sastra yang lahir pada periode 1920-1930
sering disebut sebagai karya sastra
angkatan 20an atau angkatan balai pustaka disebut angkatan 20an karena
novel yang pertama kali terbit adalah pada 1920, yakni novel azah dan sengsara
karya mereta Siregar. Karya yang lahir
pada periode itu disebut pula angkatan balai pustaka. Karya yang lahir sekitar
30an pada umumnya berbeda dengan karya sastra angkatan sebelumnya. Karya-karya
pada periode ini mulai memancarkan jiwa yang dinamis, individualistis dan tidak
lagi mempersoalkan tradisi sebagai tema sentralnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa judul-judul pengarang novel angkatan
20-30an?
2.
Bagaimana ringkasan cerita novel?
3.
Apa kebiasaan, adat dan etika novel
tersebut?
4.
Apa kaitan kebiasaan, adat, dan etika
novel tersebut dengan kehidupan sekarang?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui judul-judul pengarang
novel angkatan 20-30an.
2.
Untuk mengetahui ringkasan cerita novel.
3.
Untuk mengetahui kebiasaan, adat dan
etika novel tersebut.
4.
Untuk mengetahui kaitan kebiasaan, adat,
dan etika novel tersebut dengan kehidupan sekarang.
1.4 Metode
Metode yang kami gunakan dalam
membuat makalah ini :
1.
Metode diskusi
Kami
selalu mendiskusikan dengan teman kelompok kami.
2.
Metode pustaka
Kami
menggunakan buku-buku yang ada di perpustakaan.
3.
Metode internet
Dalam membuat
makalah ini kami menggunakan media internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Judul-Judul Pengarang Novel Angkatan 20-30an
Ciri-ciri karya 20-an (Angkatan Balai
Pustaka)
1.
Menggambarkan tema pertentangan paham
antara kaum tua dan kaum muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa,
permaduan, dlll.
2.
Soal kebangsaan belum mengemuka, masih
bersifat kedaerahan
3.
Gaya bahasanya masih menggunakan
perumpamaan yang klise, pepatah, peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan
sehari-hari lain dengan bahasa hikayat sastra lama
4.
Puisinya berupa syair dan pantun
5.
Isi karya sastranya bersifat didaktis
6.
Alirannya bercorak romantik
NAMA PENULIS
|
JUDUL KARYA
|
ABDUL MUIS
|
1.
Salah Asuhan(novel, 1928, difilmkan Asrul Sani, 1972)
2. Pertemuan DJodoh (novel, 1933) 3. Surapati (novel, 1950) 4. Robert Anak Surapati(novel, 1953) |
MARAH RUSLI
|
1.
Siti Nurbaya. Jakarta : Balai Pustaka. 1920 mendapat hadiah dari Pemerintah
RI tahun 1969.
2. La Hami. Jakarta : Balai Pustaka. 1924. 3. Anak dan Kemenakan. Jakarta : Balai Pustaka. 1956. 4. Memang Jodoh (naskah roman dan otobiografis) 5. Tesna Zahera (naskah Roman) 6. Gadis yang Malang (novel Charles Dickens, 1922).
8.
Tanah Air (1922)
9.
Indonesia, Tumpah
Darahku (1928)
11.
Ken Arok dan Ken
Dedes (1934)
|
TULIS SUTAN SATI
|
1.
Tak Disangka (1923)
2. Sengsara Membawa Nikmat (1928) 3. Syair Rosina (1933) 4. Tjerita Si Umbut Muda (1935) 5. Tidak Membalas Guna 6. Memutuskan Pertalian (1978) 7. Sabai nan Aluih: cerita Minangkabau lama (1954)
8.
Tak Membalas Guna (1932)
|
SUMAN HASIBUAN
|
1.
“Pertjobaan Setia” (1940)
2.“ Mentjari Pentjuri Anak Perawan” (1957) 3. “Kasih Ta’ Terlarai” (1961) 4. Kawan Bergelut” (kumpulan cerpen) 5. “Tebusan Darah“ |
HAJI ABDUL MALIK KARIM
|
1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3. Ditulis dalam huruf Arab.
2. Si Sabariah. (1928)
3. Pembela Islam (Tarikh Saidina Abu Bakar Shiddiq),1929.
4. Adat Minangkabau dan agama Islam (1929).
5. Ringkasan tarikh Ummat Islam (1929).
6. Kepentingan melakukan tabligh (1929).
7. Hikmat Isra’ dan Mikraj.
8. Arkanul Islam (1932) di Makassar.
9. Laila Majnun (1932) Balai Pustaka.
10. Majallah
‘Tentera’ (4 nomor) 1932, di Makassar.
11. Majallah
Al-Mahdi (9 nomor) 1932 di Makassar.
12. Mati
mengandung malu (Salinan Al-Manfaluthi) 1934.
13. Di Bawah Lindungan
Ka’bah (1936) Pedoman Masyarakat,Balai Pustaka.
14. Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck (1937), Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
15. Di Dalam
Lembah Kehidupan 1939, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka.
16. Merantau ke
Deli (1940), Pedoman Masyarakat, Toko Buku Syarkawi.
17. Margaretta
Gauthier (terjemahan) 1940.
18.Tuan Direktur
1939.
19. Dijemput
mamaknya,1939.
20. Keadilan
Ilahy 1939.
21. Tashawwuf
Modern 1939.
22. Falsafah
Hidup 1939.
23 Lembaga Hidup
1940.
24. Lembaga Budi
1940.
25. Majallah
‘SEMANGAT ISLAM’ (Zaman Jepun 1943).
26. Majallah
‘MENARA’ (Terbit di Padang Panjang), sesudah revolusi 1946.
27. Negara Islam
(1946).
28. Islam dan
Demokrasi,1946.
29. Revolusi
Pikiran,1946.
30. Revolusi
Agama,1946.
31. Adat Minangkabau
menghadapi Revolusi,1946.
32. Dibantingkan
ombak masyarakat,1946.
33. Didalam
Lembah cita-cita,1946.
34. Sesudah
naskah Renville,1947.
35. Pidato
Pembelaan Peristiwa Tiga Maret,1947.
36. Menunggu
Beduk berbunyi,1949 di Bukittinggi,Sedang Konperansi Meja Bundar.
37. Ayahku,1950
di Jakarta.
38.
Mandi Cahaya di Tanah Suci. 1950.
39.
Mengembara Dilembah Nyl. 1950.
40.
Ditepi Sungai Dajlah. 1950.
41.
Kenangan-kenangan hidup 1,autobiografi sejak lahir
1908 sampai pd tahun 1950.
42.
Kenangan-kenangan hidup 2.
43.
Kenangan-kenangan hidup 3.
44.
Kenangan-kenangan hidup 4.
45.
Sejarah Ummat Islam Jilid 1,ditulis tahun 1938
diangsur sampai 1950.
46.
Sejarah Ummat Islam Jilid 2.
47.
Sejarah Ummat Islam Jilid 3.
48.
Sejarah Ummat Islam Jilid 4.
49.
Pedoman Mubaligh Islam,Cetakan 1 1937 ; Cetakan
ke 2 tahun 1950.
50.
Pribadi,1950.
51.
Agama dan perempuan,1939.
52.
Muhammadiyah melalui 3 zaman,1946,di Padang Panjang.
53.
1001 Soal Hidup (Kumpulan karangan dr Pedoman
Masyarakat, dibukukan 1950).
54.
Pelajaran Agama Islam,1956.
55.
Perkembangan Tashawwuf dr abad ke abad,1952.
56.
Empat bulan di Amerika,1953 Jilid 1.
57.
Empat bulan di Amerika Jilid 2.
58.
Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia (Pidato
di Kairo 1958), utk Doktor Honoris Causa.
59.
Soal jawab 1960, disalin dari karangan-karangan
Majalah GEMA ISLAM.
60.
Dari Perbendaharaan Lama, 1963 dicetak oleh M.
Arbie, Medan; dan 1982 oleh Pustaka Panjimas, Jakarta.
61.
Lembaga Hikmat,1953 oleh Bulan Bintang, Jakarta.
62.
Islam dan Kebatinan,1972; Bulan Bintang.
63.
Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970.
64.
Sayid Jamaluddin Al-Afhany 1965, Bulan Bintang.
65.
Ekspansi Ideologi (Alghazwul Fikri), 1963, Bulan
Bintang.
66.
Hak Asasi Manusia dipandang dari segi Islam 1968.
67.
Falsafah Ideologi Islam 1950(sekembali dr Mekkah).
68.
Keadilan Sosial dalam Islam 1950 (sekembali dr
Mekkah).
69.
Cita-cita kenegaraan dalam ajaran Islam (Kuliah
umum) di Universiti Keristan 1970.
70.
Studi Islam 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat.
71.
Himpunan Khutbah-khutbah.
72.
Urat Tunggang Pancasila.
73.
Doa-doa Rasulullah S.A.W,1974.
74.
Sejarah Islam di Sumatera.
75.
Bohong di Dunia.
76.
Muhammadiyah di Minangkabau 1975,(Menyambut Kongres
Muhammadiyah di Padang).
77.
Pandangan Hidup Muslim,1960.
78.
Kedudukan perempuan dalam Islam,1973.
|
MERARI SIREGAR
|
1.Azab dan
Sengsara (1920)
2.Binasa kerna Gadis Priangan (1931)
|
1.
Darah Muda (1927)
2.
Asmara Jaya (1928)
|
|
1.
Pertemuan (1927)
|
|
1.
Menebus Dosa (1932)
2.
Si Cebol Rindukan
Bulan (1934)
3.
Sampaikan Salamku
Kepadanya (1935)
|
|
NUR
SUTAN ISKANDAR
|
1. Apa Dayaku
karena Aku Perempuan (Jakarta:
Balai Pustaka, 1923)
2. Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
3. Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
4. Abu Nawas (Jakarta:
Balai Pustaka, 1929)
5. Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
6. Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
7. Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
8. Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
9. Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
10. Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
11.
Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
12.
Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
13.
Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
14.
Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
15.
Mutiara (Jakarta:
Balai Pustaka, 1946)
16.
Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
17.
Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
18.
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas
II (Jakarta: JB Wolters, 1952)
19.
Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas
III (Jakarta: JB
Wolters, 1952)
20.
Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
21.
Sesalam Kawin (t.t.)
|
ADI NEGORO
|
II. JUDUL NOVEL KARYA ANGKATAN 30-AN
Ciri-ciri Angkatan 30-an (Pujangga
Baru)
1. Menggambarkan pertentangan kehidupan
orang-orang kota, soal emansipasi wanita
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
2. Hasil karyanya mulai bercorak kebangsaan; memuat soal kebangunan bangsa
3. Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa
4. Puisinya bukan pantun lagi, muncul bentuk soneta dari Barat
5. Isinya masih mirip dengan Angkatan 20-an (tendensius dan didaktis)
6. Masih bercorak romantik
NAMA PENULIS
|
JUDUL KARYA
|
SUTAN
TAKDIR ALISJAHBANA
|
1.
Dian Tak Kunjung
Padam(1932)
2.
Tebaran Mega -
kumpulan sajak (1935)
3.
Layar Terkembang (1936)
4.
Anak Perawan di
Sarang Penyamun (1940)
|
HAMKA
|
1.
Di Bawah Lindungan Ka'bah(1938)
2.
Tenggelamnya Kapal
van der Wijck (1939)
3.
Tuan Direktur (1950)
4.
Didalam Lembah
Kehidoepan(1940)
|
ARJJIMIN
PANE
|
1.
Belenggu (1940)
2.
Jiwa Berjiwa
3.
Gamelan Djiwa -
kumpulan sajak (1960)
4.
Djinak-djinak
Merpati - sandiwara (1950)
5. Kisah Antara Manusia -
kumpulan cerpen (1953)
|
SANUSI
PANE
|
1.
Pancaran Cinta (1926)
2.
Puspa Mega (1927)
3.
Madah Kelana (1931)
4.
Sandhyakala Ning
Majapahit(1933)
5.
Kertajaya (1932)
7.
Nyanyi Sunyi (1937)
8.
Begawat Gita (1933)
9. Setanggi Timur (1939)
|
TENGKU AMIR HAMZAH
|
1.
Nyanyi Sunyi (1937)
2.
Begawat Gita (1933)
3. Setanggi Timur (1939)
|
KARIM
HALIM
|
1.
PALAWIJA
(1944)
|
SAID
DAENG MUNTU
|
1.
Pembalasan
2. Karena Kerendahan
Boedi (1941)
|
RUSTAM
EFENDI
|
2. Pertjikan
Permenungan
|
SARIAMIN
ISMAIL
|
1.
Kalau Tak Untung
(1933)
2.
Pengaruh Keadaan
(1937)
|
FATIMAH
HASAN DELAISE
|
1.
Kehilangan
Mestika (1935)
|
J.E
TATENGKENG
|
1. Rindoe Dendam (1934)
|
ANAK
AGUNG PANJI TISNA
|
I. Ni Rawit Ceti
Penjual Orang (1935)
II. Sukreni Gadis Bali(1936)I Swasta Setahun
di Bedahulu (1938
|
2.2 Sinopsis Sengsara
membawa Nikmat
Penulis: Tulis ST Sati
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama Terbit: 1929
Jumlah Halaman: 192
Penerbit: Balai Pustaka
Tahun Pertama Terbit: 1929
Jumlah Halaman: 192
Novel Sengsara Membawa Nikmat ini merupakan salah satu novel
klasik Indonesia yang sangat populer. Bahkan kisahnya telah diangkat ke layar
kaca dan menjadi tontonan wajib di masanya. Kisah ini pada intinya bertemakan
cinta yang dibalut intrik-intrik. Tokoh utama novel Sengsara membawa Nikmat ini
adalah seorang pemuda berdarah Minang bernama Midun. Ia seorang yang santun,
berperangai baik, taat agama, pandai ilmu silat dan rendah hati. Karena sederet
kebaikan inilah sehingga Midun sangat disukai warga sekampungnya. Hal ini
mengusik rasa iri hati serta dengki pemuda lainnya bernama Kacak. Kacak sendiri
digambarkan sebagai seorang yang congkak, sombong dan angkuh. Ia merupakan
keponakan orang terpandang di Padang. Ia sangat iri pada Midun karena ia
menganggap Midun tak pantas disayangi banyak orang sebab ia hanya anak seorang
petani miskin.
Secara umum, kisah ini bercerita mengenai suka duka Midun
yang menghadapi banyak cobaan sebelum hidup bahagia bersama isteri dan
keluarganya. Salah satu cobaan terbesar Midun adalah rasa dengki dari Kacak. Ia
sering dicurangi dan difitnah oleh Kacak. Pernah isteri Kacak terseret arus
sungai, karena Midun berada di tempat yang sama, ia langsung menolong dan
menyelamatkan isteri Kacak. Namun, bukannya berterimakasih, Kacak malah
memfitnah Midun hendak memperkosa isterinya. Kacak melaporkan hal tersebut pada
pimpinan desa dan mereka mempercayai fitnah tersebut. Dan sebagai akibatnya,
Midun dihukum untuk melakukan pekerjaan tanpa digaji. Ia melakukan hukuman
tersebut di bawah pengawasan Kacak.
Tidak berhenti sampai di situ, Kacak masih gerah melihat
Midun masih berkeliaran di desa mereka. Ia akhirnya merencanakan sejumlah hal
dengan tujuan membunuh Midun. Usaha tersebut selalu gagal tetapi Kacak masih
bisa memfitnah Midun sehingga pada akhirnya ia dijebloskan ke dalam penjara. Di
dalam penjara Midun menjadi seorang yang disegani sebab ia memiliki hati yang
baik dan kepandaian dalam bela diri. Dalam menjalani masa tahanannya, Midun
suatu hari bertugas menyapu jalanan. Secara tidak sengaja ia melihat seorang
gadis cantik yang duduk termenung sendiri. Setelah gadis itu pergi, Midun
bermaksud menyapu di tempat gadis tersebut tadi duduk. Ia kaget dan mendapati
sebuah kalung yang tercecer milik gadis tersebut. Akhirnya setelah
mengembalikan kalung tersebut, ia bisa berkenalan dengan gadis yang ternyata
bernama Halimah tersebut. Halimah hidup bersama dengan ayah tirinya. Ia merasa
tidak bahagia dan berniat mencari ayah kandungnya di Bogor. Midun berjanji
setelah menjalani masa hukumannya, ia akan membantu Halimah mencari ayahnya di
Bogor.
Singkat cerita, Midun akhirnya keluar dari penjara dan
membawa Halimah lari ke Bogor mencari ayahnya. Setelah menemukan ayah Halimah,
Midun menetap di rumah tersebut selama 2 bulan. Dia merasa tak enak dan
kemudian memutuskan berangkat ke Batavia mencari pekerjaan. Saat di Batavia,
Midun mendapat banyak sekali cobaan dan rintangan. Ia meminjam uang pada
rentenir dan memulai usahanya yang akhirnya sukses. Si renternir menjadi iri
dan memfitnah Midun. Akhirnya, ia masuk ke penjara sekali lagi. Setelah bebas,
ia berjalan ke pasar baru dan secara tidak sengaja menolong seorang sinyo
Belanda yang diganggu penjahat. Sinyo Belanda tersebut ternyata anak seorang
pejabat terkenal. Sebagai rasa terimakasih, Midun diberi pekerjaan dan akhirnya
ia ke Bogor menikahi Halimah. Seiring perjalanan waktu, karir Midun menanjak
dan dipercaya memimpin sebuah operasi di Medan. Hal tersebut mempertemukannya
dengan sang adik bernama Manjau. Manjau bercerita bahwa keadaan keluarganya
sangat menyedihkan. Akhirnya sekembali ke Batavia, Midun meminta agar
ditugaskan di kampung halamannya. Ia akhirnya kembali ke sana dan bertemu
dengan keluarganya juga Kacak. Kacak sangat menyesali perbuatannya dulu pada
Midun. Dan pada akhirnya, mereka hidup bahagia di kampung halamannya.
Sinopsis novel Sengsara Membawa Nikmat ini disusun agar Anda
bisa mengetahui cerita dalam karya yang satu ini secara umum. Jika ingin
mengetahui detil cerita, Anda bisa membaca novelnya langsung. Kabarnya novel
ini merupakan karya Tulis Sutan Sati yang paling baik di antara karya sastra
hasil pikirannya yang lain.
2.3
Kebiasaan, Adat Dan Etika Novel Sengsara Membawa Nikmat
Kalau kita cermati novel Sengsara Membawa Nikmat
karya Sultan Sakti memberikan gambaran
masyarakat Sumatra yang sangat menjunjung tinggi agama terutama Islam. Mengenai
warisan harta benda yang ditinggalkan oleh yang meninggal menjadi hak/ diambil
alih oleh keluarga asal bukan kelarga setelah menikah. Kehidupan bergotong
royong. Aturan adat sangat ketat, dan bagi yang melanggar hukumannya berat.
2.4 kaitan kebiasaan, adat, dan
etika novel “Sengsara Membawa Nikmat”dengan kehidupan sekarang.
Karena
adanya nilai-nilai dan kehidupan sekarang karena adanya nilai-nilai dan pesan
moral yang tergantung dalam cerita isi novel tetap relevan (sesuai) dengan
kehidupan masa kini. Bahkan, kita dapat belajar banyak tentang kearifan dan
keluhuran budi melalui pengalaman para tokoh. Melalui tokoh Sutan Sati dalam
Novel Sengsara Membawa Nikmat, misalnya kita dapat belajar, bahwa dulu
mengahadapi persoalan-persoalan yang rumit dengan cara gotong royong dan
dikehidupan sekarangpun kita selalu bergotong royong dalam menghadapi kegiatan/
persoalan apapun.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan sebagai berikut:
Sastra
merupakan salah satu seni kreatif yang dibuat untuk memenuhi batiniah dengan
unsur keindahan yang ada di dalamnya. Unsur keindahan sastra itu sendiri
terletak dalam ungkapan bahasa yang menyenangkan. Sehingga mnimbulkan rasa
senang, nikmat, terharu, jengkel dan menyegarkan perasaan dan menarik perhatian
pembaca. Sastra tersebut dapat memberikan pengetahuan pengalaman, pandangan,
atau pengertian yang berkaitan dengan nilai kehidupan. Sastra dalam bentuk
novel biasanya yang mengandung hal-hal yang bermanfaatbagi manusia dan
kehidupanya. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif ini
yang objeknya adalah manusia dan kehidupanya. Dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Sebagai seni kreatif bagi manusia dan kehidupannya, makasastra
merupakan suatu media untuk menyampaikan serta menampung ide teori atau sistem
berpikir sehingga sastra menjadi wadah dalam menampilkan ide.
3.2 Saran-Saran
Dari
seluruh pembahasan di atas kami harapkan semoga para pembaca dapat mengetahui
tentang novel angkatan 20-30an dan mengetahui kebiasaan, adat dan etika novel
angkatan 20-30an, serta dapat menjadikan karya terdahulu sebagai bahan acuan untuk
kita berkarya untuk menambah referensi karya sastra di Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Sawali,
Sunaryo. Dkk. 2005. Bahasa Dan Sastra Indonesia, Yogyakarta: PT. Macanan Jaya
Cemerlang.
Asep
Yudha Wirajaya. Sudarmawati. 2008. Berbahasa dan Bersastra Indeonesia, Jakarta:
Pusat Perbukuan.
No comments:
Post a Comment