MAKALAH SEJARAH INDONESIA
Manusia Purba Indonesia dan Corak
Kehidupannya
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami ucapkan atas segala karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Purba Indonesia dan Corak
Kehidupannya” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terkait yang telah
memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya,
kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf
kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat
mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan
perbaikan ke masa yang akan datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan
membimbing kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………. i
DAFTAR
ISI………………………………………………………… ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang…………….…………………………….. 1
1.2 Rumusan
Masalah……….………………………………. 2
1.3 Tujuan
dan Manfaat…………….……………………….. 2
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1 Jenis-Jenis
Manusia Purba……………………………….. 3
2.2 Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia.
………………………..………….….. 6
2.3 Corak
Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara.………. 7
2.4 Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya
Praaksara Indonesia
……...……..…………………..….. 10
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan……………………………………………… 16
3.2
Saran………………………………………………….… 16
DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………. 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mempelajari
bagaimana kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik.Kahidupan
manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami perkembangan.Kehidupan manusia
pada jaman pra aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai
temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu.Kehidupan manusia purba
adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi
kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat
ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan
sehingga masa ini di sebut dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi
diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan
perkebangan.Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta
tahun.Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman
yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga
melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu
sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo
meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan
masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk
yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti
perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota
kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang
berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga
menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti perkembangan
kota.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa saja Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia?
2. Bagaimana
Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
3.
Bagaimana Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara?
4.
Bagaimana Perkembangan Teknologi dan Hasil
Budaya Praaksara Indonesia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.
Untuk mengetahui dan lebih memahami Jenis-jenis Manusia
Purba di Indonesia.
2. Untuk
mengetahui dan lebih memahami Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia
3.
Untuk mengetahui dan lebih memahami Corak Kehidupan
Masyarakat Masa Pra-Aksara.
4.
Untuk mengetahui dan lebih memahami Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Manusia Purba
A. Jenis
Pithecanthropus
1.
Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di
Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.Fosil yang ditemukan berupa tulang
rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki.Fosil ini ditemukan pada
masa kala Pleistosen tengah.Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang
berjalan tegak.
Ciri-ciri :
a.
Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
b.
Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
c.
Bentuk tubuh & anggota badan tegap
d.
Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
e.
Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
f.
Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari
sisi ke sisi
g.
Bentuk hidung tebal
h.
Bagian belakang kepala tampak menonjol
i.
Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
2.
Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera
dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus
Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von
Koeningswald di Mojokerto tahun 1936 Disebut juga Pithecanthropus
Robustus.
Ciri- ciri :
a.
Tinggi antara 165- 180
b.
Badan tegap, tidak setegap Meganthropus
c.
Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus
d.
Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang
pelipis
e.
Tidak berdagu
f.
Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan
g.
Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun.
B.
Jenis Meganthropus
1.
Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus berarti
manusia raksasa dari Pulau Jawa.Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran
oleh von Koenigswald tahun 1936-1941.
Ciri-ciri :
a.
Memiliki tulang pipi yang tebal
b.
Memiliki otot kunyah yang kuat
c.
Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d.
Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e.
Tidak memiliki dagu
f.
Memiliki perawakan yang tegap
g.
Memakan jenis tumbuhan
h.
Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal
C.
Jenis Homo
1.
Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.Fosilnya ini
ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois.Homo Wajakensis mirip dengan
penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis.
Ciri-ciri :
a.
Muka datar dan lebar
b.
Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
c.
Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi
yang nyata
d.
Pipinya menonjol ke samping
e.
Kapasitas otak mencapai 1300 cc
f.
Berat badan dari 30 - 150 kg
g.
Tinggi badan 130 - 210 cm
h.
Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
i.
Perawakannya masih seperti kera
j.
Sudah berdiri tegak
k.
Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya,
walaupun masih sederhana.
2.
Homo Soloensis
Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis
ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter
Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan
Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai
300.000 tahun yang lalu.Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus
Mojokertensis.
Ciri-ciri :
a.
Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
b.
Tinggi badan antara 130 – 210 cm
c.
Otot tengkuk mengalami penyusutan
d.
Muka tidak menonjol ke depan
e.
Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
3.
Homo Sapiens
Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang
disebut dengan manusia bijaksana. • Ditemukan di Wajak, dekat
Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling
maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal
dari Yunan.Jenis manusia purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri :
a.
Tinggi tubuh 130-210 cm
b.
Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan Meganthropus
dan pithecanthropus.
c.
Volume otak antara 1000 cc-1300 cc
d.
Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
e.
Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
f.
Tulang alis lebih besar
g.
Sudah tidak berbulu
h.
Berdiri tegak dan berjalan tegak
i.
Disebut manusia berbudaya
j.
Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam
2.2 Asal Usul dan
Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a. Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira pada
tahun 1500 SM bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa Proto Melayu
memasuki Indonesia melalui dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui
Malaya – Sumatra dan jalan timur, yaitu melalui Pilipina - Sulawesi
Utara.Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi
daripada kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan
batu-baru atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang
hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan
baik.Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak
lonjong.Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui
jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan
timur.Bangsa Proto Melayu akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero
Melayu yang kemudian menyusul masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang
termasuk keturunan bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan
Toraja.
b. Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)
Kira-kira tahun
500 SM, nenek moyang kita gelombang ke dua mulai memasuki Indonesia. Bangsa
Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan barat
(yakni melalui Malaya - Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero
Melayu atau Melayu Muda ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga
mereka ini kadang kala disebut orang-orang Dongson. Mereka telah memiliki kebudayaan
yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai dengan
kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan
mereka telah terbuat dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari
besi.Hasil kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting ialah kapak corong
atau kapak sepatu dan nekara.Di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai
pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan,
yakni dengan membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya mereka mencari
daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti
di negeri asal mereka.Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran,
sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.Bangsa
Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku
bangsa Jawa, Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).
c.
Golongan Papua Melanesoid
Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid adalah rambut
keriting, bibir tebal, dan kulit hitam.Kelompok manusia yang termasuk golongan
ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
d.
Golongan Negroid
Golongan Negroid mempunyai sifat seperti orang negro,
tetapi mereka bukan keturunan negro. Dengan ciri-ciri rambut keriting, perawakan
kecil, dan kulit hitam.Persebarannya di Semenanjung Malaka dan orang Mikroskopi
di Pulau Andaman.
e.
Golongan Weddoid
Golongan Weddoid berasal dari Srilanka dengan
ciri-cirinya adalah perawakan, kulit sawo matang, dan rambut berombak.
Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano
(Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
f.
Golongan Melayu Mongoloid
Golongan Melayu Mongoloid adalah golongan terbesar
yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia.
Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan ini dibagi
atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak.
Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.
2.3 Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
a. Pola Hunian
Lingkungan
merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu,
manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat
beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
1.
Tersedianya
kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak
terlalu lembab,
2.
Tersedianya
sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan
kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang,
batas-batas topografi, pola vegetasi),
3.
Faktor-faktor
yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat
pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).
Kehidupan
manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan
teknologi.Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan
teknologi pada masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan.Selain itu, manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk
mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu
alternatif tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).
Selain sumber
daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting
lainnya yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam
kaitannya dengan hunian gua, faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan
dimensi tempat hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan
dan kekeringan tanah, dan kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung
Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan
sejarah kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga
Holosen Awal.Salah satu karakter budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan
ceruk secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian
prasejarah di Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan
bahan baku yang tidak berasal dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang
didapatkan di gua-gua itu merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah
pedalaman, seperti peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga
adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai di situs-situs pedalaman tetapi
belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman. Dari hasil
barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas
pedalaman di daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi
maka data tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia
purba di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).
Data yang
diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari,
Gunungkidul yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk.,
2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada
tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua
dan ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari hasil PTKA
tahun 2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri
atas tiga kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah
‘antara’.Namun dari penelitian tersebut tipe hunian gua dan ceruk tersebut
belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian menetap.
b. Sejarah api pertama kali ditemukan
Dalam sejarah
banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan
hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga
dunia. Salah satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan
tentang api, namun api yang kita pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan
kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu ditemukan di dunia ini. Api
sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini
menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah
mengatakan "kecil jadi kawan dan besar jadi lawan". Manfaat api
memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan,
memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. image source :
public-domain-image.com Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api
mula-mula ditemukan dan siapa penemunya?, Api atau energi panas yang pada
awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua buah batu atau dengan
mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang
kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian
bisa menjadi sebuah api. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang
secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang
menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul membakar
pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia
purba itu pun baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainnya.
c. Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir,
manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di
luar dirinya.Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba
malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia
pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme,
totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada
roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya
yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan
sesaji.
b. Dinamisme, adalah
percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba
melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris,
azimat, dan patung.
c. Totemisme, adalah percaya pada
binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara
ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan
dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut sebagai
kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar).
2.4 Perkembangan Teknologi
dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan.Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan
sebagai berikut.
1.
Masa Berburu dan Meramu
Kehidupan.
Manusia purba masa
berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden).
Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan sebagai pisau.
Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan sebagai pisau.
2.
Masa Bercocok Tanam Pada.
Masa ini manusia purba
sudah mengenal bercocok tanam (food producing).Namun demikian kehidupan berburu
dan merapu tidak sepenuhnya ditinggalkan.Masa ini pula manusia purba mulai
tinggal menetap (sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat
yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di
haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah
liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak
lonjong untuk mengolah tanah.
3.
Masa Perundagian (Pertukangan)
Pada masa ini manusia
sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja.Saat itu manusia
menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi
sebagai barangbarang kebutuhan rumah tangga.
a. Nekara dan Moko,
berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt
sebagai benda pusaka.
b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu.
c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak.
Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya.
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu
yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek
moyang.
b. Dolmen, adalah meja batu untuk
meletakkan sesaji.
c. Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu
besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah.
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di
pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang ditangkupkan menjadi
satu. Berfungsi sebagai peti jenazah.
e. Punden Berundak, adalah bangunan
berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara
pemujaan.
f. Waruga, adalah peti kubur batu
berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak
bersamaan.Mengapa demikian?Hal ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari
bangsa-bangsa yang bersangkutan.Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan
sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang
disebut piktograf. Sedangkan,
Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno
hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa
Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat
transportasi tertentu.Huruf ini disebut hieroglif.
Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5
Masehi.Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari
India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan
tulisan.Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan
Timur.Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa.Sejak berakhirnya masa
praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami
kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha
mulai berkembang.Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
3.2 Saran
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis
dari zaman praaksara, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui
bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi,
arkeologi.Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari artefak-artefak
yang ditemukan di daerah penggalian situs praaksara.Oleh sebab itu ada baiknya
kita menjaga dengan baik benda-benda peninggalan manusia praaksara, agar kita
dapat mengetahui kehidupan jaman dahulu.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Negrito
No comments:
Post a Comment