Featured post

SETAN BERCANDA SEBUAH KARYA SENI PADA AWAL PERKEMBANGAN TARI KONTEMPORER DI BALI

SETAN BERCANDA SEBUAH KARYA SENI PADA AWAL PERKEMBANGAN TARI KONTEMPORER DI BALI      OLEH: NI MADE ARY ...

Tuesday, 11 August 2015

MANUSIA PURBA INDONESIA DAN CORAK KEHIDUPANNYA



MAKALAH
MANUSIA PURBA INDONESIA DAN CORAK KEHIDUPANNYA”



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas segala karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Purba Indonesia dan Corak Kehidupannya” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak  yang terkait yang telah memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing kita.




Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….          i
DAFTAR ISI…………………………………………………………          ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………….……………………………..           1
1.2  Rumusan Masalah……….……………………………….           2
1.3  Tujuan dan Manfaat…………….………………………..           2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Manusia Purba dan Jenis-Jenis
Manusia Purba…………………………………………..            3
2.2  Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara…….…..           6
2.3  Karya-Karya Peninggalan Manusia Purba ……...……….           9
2.4  Peninggalan Manusia Purba Yang Terdapat
Di Indonesia………………………………………….…..          11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………           16
3.2 Saran………………………………………………….…            17
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….          18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mempelajari bagaimana kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik.Kahidupan manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami perkembangan.Kehidupan manusia pada jaman pra aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu.Kehidupan manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di sebut dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan.Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun.Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti perkembangan kota.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia?
2.      Bagaimana corak kehidupan manusia purba pada saat masa bercocok tanam?
3.      Apa saja karya-karya dan peninggalan manusia purba pada masa bercocok tanam?
4.      Apa saja peninggalan manusia purba yang terdapat di indonesia?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui dan lebih memahami Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui dan lebih memahami corak kehidupan manusia purba pada saat masa bercocok tanam
3.      Untuk mengetahui dan lebih memahami karya-karya dan peninggalan manusia purba pada masa bercocok tanam.
4.      Untuk mengetahui dan lebih memahami peninggalan manusia purba yang terdapat di indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Manusia Purba dan Jenis-Jenis Manusia Purba
1.      Pengertian Manusia Purba
Manusia purba adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan.Manusia purba diyakini telah mendiami bumi sekitar 4 juta tahun yang lalu.Namun demikian para ahli sejarah meyakini bahwa jenis manusia purba pertama telaha ada di muka bumi ini sekitar 2 juta tahun yang lalu.
Manusia purba mempunyai volume otak yang lebih kecil dari pada manusia modern sekarang ini.Mereka biasanya hidup secara berkelompok dan mengandalkan bahan makanannya dari buah-buahan dan binatang kecil. Mereka masih belum mengenal cara bercocok tanam.
Kehidupan manusia purba masih sangat sederhana.Untuk menopang kehidupannya mereka menggunakan alat-alat yang masih sangat sederhana.Biasanya alat yang digunakannya terbuat dari batu.
2.      Jenis-Jenis Manusia Purba
A.    Jenis Pithecanthropus
1.      Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki.Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Ciri-ciri :
a.       Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
b.      Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
c.       Bentuk tubuh & anggota badan tegap
d.      Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
e.       Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
f.       Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
g.      Bentuk hidung tebal
h.      Bagian belakang kepala tampak menonjol
i.        Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
2.      Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von Koeningswald di Mojokerto tahun 1936  Disebut juga Pithecanthropus Robustus.
Ciri- ciri :
a.       Tinggi antara 165- 180
b.      Badan tegap, tidak setegap Meganthropus
c.       Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus
d.      Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang pelipis
e.       Tidak berdagu
f.       Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan
g.      Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun.
B.     Jenis Meganthropus
1.      Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa.Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald tahun 1936-1941.
Ciri-ciri :
a.       Memiliki tulang pipi yang tebal
b.      Memiliki otot kunyah yang kuat
c.       Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d.      Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e.       Tidak memiliki dagu
f.       Memiliki perawakan yang tegap
g.      Memakan jenis tumbuhan
h.      Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal
C.     Jenis Homo
1.      Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois.Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis.
Ciri-ciri :
a.       Muka datar dan lebar
b.      Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
c.       Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
d.      Pipinya menonjol ke samping
e.       Kapasitas otak mencapai 1300 cc
f.       Berat badan dari 30 - 150 kg
g.      Tinggi badan 130 - 210 cm
h.      Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
i.        Perawakannya masih seperti kera
j.        Sudah berdiri tegak
k.      Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih sederhana.
2.      Homo Soloensis
Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Ciri-ciri :
a.       Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
b.      Tinggi badan antara 130 – 210 cm
c.       Otot tengkuk mengalami penyusutan
d.      Muka tidak menonjol ke depan
e.       Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
3.      Homo Sapiens
Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang disebut dengan manusia bijaksana.   • Ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.Jenis manusia purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri :
a.       Tinggi tubuh 130-210 cm
b.      Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan  Meganthropus dan pithecanthropus.
c.       Volume otak antara 1000 cc-1300 cc
d.      Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
e.       Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
f.       Tulang alis lebih besar
g.      Sudah tidak berbulu
h.      Berdiri tegak dan berjalan tegak
i.        Disebut manusia berbudaya
j.        Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam

2.2  Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
a.      Pola Hunian
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu, manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
1.        Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak terlalu lembab,
2.        Tersedianya sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang, batas-batas topografi, pola vegetasi),
3.        Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).
Kehidupan manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan teknologi.Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan teknologi pada masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.Selain itu, manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu alternatif tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).
Selain sumber daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam kaitannya dengan hunian gua, faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan sejarah kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga Holosen Awal.Salah satu karakter budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian prasejarah di Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan bahan baku yang tidak berasal dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang didapatkan di gua-gua itu merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai di situs-situs pedalaman tetapi belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman. Dari hasil barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas pedalaman di daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi maka data tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).
Data yang diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua dan ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari hasil PTKA tahun 2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari penelitian tersebut tipe hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian menetap.
b.      Sejarah api pertama kali ditemukan
Dalam sejarah banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga dunia. Salah satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan tentang api, namun api yang kita pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu ditemukan di dunia ini. Api sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah mengatakan "kecil jadi kawan dan besar jadi lawan". Manfaat api memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan, memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. image source : public-domain-image.com Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul membakar pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia purba itu pun baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainnya.
c.       Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung. 
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar)

2.3  Karya-Karya Peninggalan manusia Purba Pada Masa Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, manusia purba sudah melakukan usaha pertanian secara berpindah-pindah menurut kesuburan tanah. Pertanian berbentuk perladangan dengan cara membakar hutan terlebih dahulu,
kemudian dibersihkan dan ditebarkan benih-benih tanaman. Tumbuh-tumbuhan yang mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan biji-bijian seperti jawawut, jenis padi, dan sebagainya.Adanya kegiatan bercocok tanam ini didasarkan pada beberapa temuan di kawasan Asia Tenggara.Orang-orang di Asia Tenggara sudah menemukan suatu bentuk pertanian sederhana, yaitu pertanian ladang atau perladangan.Di Asia Tenggara sistem perladangan berpindah sudah dilakukan manusia pada masa akhir Pletosen atau kira-kira 9000 tahun Sebelum Masehi.Cara manusia bercocok tanam pada sistem perladangan adalah pertama-tama mereka menebang hutan lalu membakar ranting ranting, daun, dan pohonnya.Sesudah dibersihkan baru mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah masa panen, mereka akan meninggalkan tempat itu dan mencari tempat yang baru dengan cara yang sama, yakni tebang dan bakar. Oleh karena itu, sistem perladangan ini disebut flash and burn yang artinya tebang dan bakar.Cara bercocok tanam pada masa bercocok tanam adalah dengan berhuma, yaitu dengan menebangi hutan dan menanaminya.Dengan pengolahan tanah yang sangat sederhana, mereka menanami ladang itu dengan kedelai, ketela pohon atau ubi jalar. Kalau ladang yang mereka tanami mulai berkurang kesuburannya, mereka membuka ladang baru dengan cara menebang dan membakar bagian-bagian hutan yang lain. Alat-alat yang digunakan pada masa bercocok tanam masih terbuat dari bahan-bahan yang digunakan pada masa sebelumnya, yaitu dari batu, tulang binatang, tanduk, dan kayu.Cara bercocok tanam yang mula-mula dikenal adalah berladang atau berhuma.Yang ditanam yaitu semacam padi-padian yang tumbuh liar di mana-mana.Mereka pun telah mulai memelihara binatang.Sejalan dengan kemampuan bercocok tanam mereka telah pula berhasil membuat wadah berupa gerabah.Wadah tersebut dibuat untuk menyimpan persediaan makanan.Kadang-kadang gerabah itu diberi hiasan.Dari hiasan itu dapat diduga bahwa manusia pada masa bercocok tanam sudah mengenal tenunan.Banyak pula gelang-gelang dari batu indah dan manik-manik.Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia bercocok tanam sudah mulai menghias diri.Dalam masyarakat yang sepenuhnya sudah mencurahkan perhatian pada kegiatan pertanian, kehidupan mereka semakin teratur dan memiliki banyak waktu luang. Di sela-sela waktu tanam panen itulah dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang dapat menunjang kehidupannya, baik itu untuk kepuasan jasmani maupun rohani. Untuk pemuasan jasmani, misalnya mereka mengadakan kontak-kontak perdagangan dengan kelompok lain. Sekalipun bentuk perdagangan pada waktu itu berupa perdagangan barter, namun dalam perdagangan mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak dihasilkan di daerah asalnya.Barang-barang dagangan biasanya dibawa sampai jarak jauh melalui darat, sungai atau lautan. Barang-barang yang  dipertukarkan tidak hanya berupa hasil-hasil pertanian tetapi juga hasil-hasil industri rumah tangga, seperti gerabah, perhiasan, ikan garam, dan hasil-hasil laut lainnya. Adapun untuk pemenuhan kepuasan rohani dapat kita lihat dari peninggalan-peninggalan yang berupa hasil-hasil seni, baik itu seni lukis, seni kerajinan, maupun seni bangunan.
Selain itu ada juga alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong untuk mengolah tanah.



2.4  Peninggalan Manusia Purba Yang Terdapat Di Indonesia
Ada beberapa peninggalan yang ditemukan di Indonesia oleh para peneliti antara lain:
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt sebagai benda pusaka. 

b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu. 

c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak. 

Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya. 
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek moyang. 



b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji. 


c. Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah. 
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah. 


 e. Punden Berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara pemujaan. 


f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.

BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purbaManusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan.Ditemukannya manusia purba karena adanya fosil dan artefak.Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum, zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu zaman perunggu dan zaman besi.Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia MeganthropusPaleojavanicus yaitumanusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah manusia kera yang berjalan tegak.
Corak kehidupan prasejarah indonesia dilihat dari segi hasil kebudayaan manusia prasejarah menghasilkan dua bentuk budaya yaitu : bentuk budaya yang bersifat spiritual dan bersifat material; segi kepercayaan  ada dinamisme dan animisme; pola kehidupan manusia prasejarah adalah bersifat nomaden (hidup berpindah-pindah dan bersifat permanen (menetap); sistem bercocok tanam/pertanian; pelayaran; bahasa; food gathering dan menjadi food producing.


Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi.Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan.Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur.Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa.Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang.Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.
3.2  Saran
1.      Diharapkan agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
2.      Diharapkan bagi penulis lain untuk mencari referensi yang lebih relevan sebagai bahan dalam pembuatan makalah guna menciptakan karya tulis yang lebih bermanfaat mengenai kehidupan manusia homo sapiens pada zaman dahulu.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/

makalah sejarah indonesia



MAKALAH SEJARAH INDONESIA
Manusia Purba Indonesia dan Corak Kehidupannya

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas segala karunia Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Purba Indonesia dan Corak Kehidupannya” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak  yang terkait yang telah memberi bantuannya dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya, kami sebagai penyusun menyadari bahwasanya makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam penulisan maupun isi. Oleh sebab itu, kami meminta maaf kepada pembaca atas kekurangan-kekurangan tersebut, dan kami sangat mengharapkan saran, tanggapan, dan kritik dari pembaca guna sebagai pedoman dan perbaikan ke masa yang akan datang. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.Semoga Tuhan senantiasa memberikan petunjuk dan membimbing kita.





Penyusun

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….          i
DAFTAR ISI…………………………………………………………          ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang…………….……………………………..           1
1.2  Rumusan Masalah……….……………………………….           2
1.3  Tujuan dan Manfaat…………….………………………..           2
BAB II PEMBAHASAN MATERI
2.1  Jenis-Jenis Manusia Purba………………………………..           3
2.2  Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang
Bangsa Indonesia. ………………………..………….…..           6
2.3  Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara.……….            7
2.4  Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya
Praaksara Indonesia ……...……..…………………..…..            10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan………………………………………………           16
3.2 Saran………………………………………………….…            16
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………………….          17


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mempelajari bagaimana kehidupan dimasalalu merupakan kegiatan yang amat menarik.Kahidupan manusia dari jaman kezaman senantiasa mengalami perkembangan.Kehidupan manusia pada jaman pra aksara atau jaman pra sejarah dapat di pelajari melalui berbagai temuan fosil dan artefak sisa kehidupan dimasa lalu.Kehidupan manusia purba adalah kehidupan yang amat sederhana. Manusia purba hidup dan memenuhi kebutuhanya dengan cara berburu dan meramu, berpindah pindah dari satu empat ketempat lain (nomaden). Pada masa pra sejarah manusia belum mengenal tulisan sehingga masa ini di sebut dengan masa pra aksara.Sejak pertama kali bumi diciptakan hingga saat ini, bumi telah banyak sekali mengalami perubahan dan perkebangan.Diperkirakan bumi saat ini telah berusia kurang lebih 2.500 juta tahun.Para ahli geologi membagi masa perkembangan bumi mejadi beberapa zaman yaitu arkeozoikum, paleozoikum, mesozoikum, neozoikum.
Selain membahas manusia atau masyarakat, sejarah juga melihat hal lain yaitu waktu. Waktu menjadi konsep penting dalam ilmu sejarah.Sehubungan dengan konsep waktu, dalam ilmu sejarah menurut Kuntowijoyo meliputi perkembangan, keberlanjutan/kesinambungan, pengulangan dan perubahan.
Disebut mengalami perkembangan apabila dalam kehidupan masyarakat terjadi gerak secara berturut-turut dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Perkembangan terjadi biasanya dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Misalnya adalah perkembangan demokrasi di Amerika yang mengikuti perkembangan kota. Pada awalnya masyarakat di Amerika tinggal di kota-kota kecil. Di kota-kota kecil itulah tumbuh dewan-dewan kota, tempat orang berkumpul. Dari kota-kota kecil mengalami proses menjadi kota-kota besar hingga menjadi kota metropolitan. Di sini, demokrasi berkembang mengikuti perkembangan kota.


1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia?
2.      Bagaimana Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia?
3.      Bagaimana Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara?
4.      Bagaimana Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia?

1.3  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui dan lebih memahami Jenis-jenis Manusia Purba di Indonesia.
2.      Untuk mengetahui dan lebih memahami Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
3.      Untuk mengetahui dan lebih memahami Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara.
4.      Untuk mengetahui dan lebih memahami Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Jenis-Jenis Manusia Purba
A.    Jenis Pithecanthropus
1.      Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia purba ini ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil, Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.Fosil yang ditemukan berupa tulang rahang bagian atas tengkorak, geraham dan tulang kaki.Fosil ini ditemukan pada masa kala Pleistosen tengah.Pithecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak.
Ciri-ciri :
a.       Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
b.      Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
c.       Bentuk tubuh & anggota badan tegap
d.      Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
e.       Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
f.       Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
g.      Bentuk hidung tebal
h.      Bagian belakang kepala tampak menonjol
i.        Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
2.      Pithecanthropus Mojokertensis
Pithecanthropus Mojokertensis itu artinya manusia kera dari Mojokerto disebut juga Pithecanthropus Robustus. Pithecanthropus Mojokertensis ini salah satu jenis pithecanthropus yang ditemukan Ralph von Koeningswald di Mojokerto tahun 1936  Disebut juga Pithecanthropus Robustus.
Ciri- ciri :
a.       Tinggi antara 165- 180
b.      Badan tegap, tidak setegap Meganthropus
c.       Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus
d.      Hidung lebar dan tonjolan di kening melintang sepanjang pelipis
e.       Tidak berdagu
f.       Makanannya tumbuhan dan hewan hasil buruan
g.      Umurnya diperkirakan 30.000- 2 juta tahun.
B.     Jenis Meganthropus
1.      Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus Paleojavanicus berarti manusia raksasa dari Pulau Jawa.Jenis manusia purba ini ditemukan di Sangiran oleh von Koenigswald tahun 1936-1941.
Ciri-ciri :
a.       Memiliki tulang pipi yang tebal
b.      Memiliki otot kunyah yang kuat
c.       Memiliki tonjolan kening yang mencolok
d.      Memiliki tonjolan belakang yang tajam
e.       Tidak memiliki dagu
f.       Memiliki perawakan yang tegap
g.      Memakan jenis tumbuhan
h.      Masa hidupnya pada zaman Pleistosen Awal
C.     Jenis Homo
1.      Homo Wajakensis
Homo Wajakensis berarti manusia dari Wajak.Fosilnya ini ditemukan pada tahun 1889 oleh Eugene Debois.Homo Wajakensis mirip dengan penduduk asli Australia dan setingkat dengan Homo Soloensis.
Ciri-ciri :
a.       Muka datar dan lebar
b.      Hidung lebar dan bagian mulut menonjol (maju)
c.       Dahinya agak miring dan diatas mata terdapat busur dahi yang nyata
d.      Pipinya menonjol ke samping
e.       Kapasitas otak mencapai 1300 cc
f.       Berat badan dari 30 - 150 kg
g.      Tinggi badan 130 - 210 cm
h.      Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
i.        Perawakannya masih seperti kera
j.        Sudah berdiri tegak
k.      Homo Wajakensis sudah mampu memasak makanannya, walaupun masih sederhana.
2.      Homo Soloensis
Homo Soloensis (manusia dari Solo), Fosil Homo soloensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, Oppenoorth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931—1933 dari lapisan Pleistosen Atas. Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dan Pithecanthropus Mojokertensis.
Ciri-ciri :
a.       Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc
b.      Tinggi badan antara 130 – 210 cm
c.       Otot tengkuk mengalami penyusutan
d.      Muka tidak menonjol ke depan
e.       Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna
3.      Homo Sapiens
Homo sapiens berarti manusia cerdas, kadang-kadang disebut dengan manusia bijaksana.   • Ditemukan di Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Van Rietschoten. Jenis manusia purba ini paling maju dan dikatakan sebagai cikal bakal nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.Jenis manusia purba ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu.
Ciri-ciri :
a.       Tinggi tubuh 130-210 cm
b.      Otak berkembang sangat signifikan dibandingkan  Meganthropus dan pithecanthropus.
c.       Volume otak antara 1000 cc-1300 cc
d.      Otot kunyah, gigi, dan rahang sudah menyusut.
e.       Tonjolang kening sudah berkurang dan sudah berdagu.
f.       Tulang alis lebih besar
g.      Sudah tidak berbulu
h.      Berdiri tegak dan berjalan tegak
i.        Disebut manusia berbudaya
j.        Tidak berburu tapi berternak dan bercocok tanam

2.2  Asal Usul dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
a.      Bangsa Proto Melayu (Bangsa Melayu Tua)
Kira-kira pada tahun 1500 SM bangsa Proto Melayu masuk ke Indonesia.Bangsa Proto Melayu memasuki Indonesia melalui dua jalur/ jalan, yakni jalan barat, yaitu melalui Malaya – Sumatra dan jalan timur, yaitu melalui Pilipina - Sulawesi Utara.Bangsa Proto Melayu memiliki kebudayaan yang setingkat lebih tinggi daripada kebudayaan Homo Sapiens Indonesia. Kebudayaan mereka adalah kebudayan batu-baru atau Neolitikum (neo = baru, lithos = batu). Meskipun barang-barang hasil kebudayaan mereka masih terbuat dari batu, tetapi telah dikerjakan dengan baik.Barang-barang hasil kebudayaan yang terkenal ialah kapak persegi dan kapak lonjong.Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu yang melalui jalan barat, sedangkan kebudayaan kapak lonjong dibawa melalui jalan timur.Bangsa Proto Melayu akhirnya terdesak dan bercampur dengan bangsa Deutero Melayu yang kemudian menyusul masuk ke Indonesia.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Proto Melayu, misalnya suku bangsa Batak, Dayak, dan Toraja.
b.      Bangsa Deutero Melayu (Bangsa Melayu Muda)
Kira-kira tahun 500 SM, nenek moyang kita gelombang ke dua mulai memasuki Indonesia. Bangsa Deutero Melayu memasuki Indonesia melalui satu jalan saja, yaitu jalan barat (yakni melalui Malaya - Sumatera ). Menurut N. Daldjoeni (1984), bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda ini berasal dari Dongson di Vietnam Utara, sehingga mereka ini kadang kala disebut orang-orang Dongson. Mereka telah memiliki kebudayaan yang lebih tinggi daripada bangsa Proto Melayu.Peradaban mereka ditandai dengan kemampuan mengerjakan logam dengan sempurna.Barang-barang hasil kebudayaan mereka telah terbuat dari logam.Mula-mula dari perunggu dan kemudian dari besi.Hasil kebudayaan logam di Indonesia yang terpenting ialah kapak corong atau kapak sepatu dan nekara.Di bidang pengolahan tanah, mereka telah sampai pada usaha irigasi atas tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka wujudkan, yakni dengan membabad hutan terlebih dahulu.Sudah selayaknya mereka mencari daerah-daerah seperti di Jawa dan pantai-pantai Sumatra untuk digarap seperti di negeri asal mereka.Mereka juga telah mengenal perikanan laut dan pelayaran, sehingga rute perpindahan ke Nusantara juga memanfaatkan jalan laut.Bangsa Indonesia sekarang yang termasuk keturunan bangsa Deutero Melayu, misalnya suku bangsa Jawa, Madura, Menado dan Melayu (Sumatra, Kalimantan dan Malaka).
c.       Golongan Papua Melanesoid
Ciri-ciri golongan Papua Melanesoid adalah rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam.Kelompok manusia yang termasuk golongan ini adalah penduduk Pulau Papua, Kai, dan Aru.
d.      Golongan Negroid
Golongan Negroid mempunyai sifat seperti orang negro, tetapi mereka bukan keturunan negro. Dengan ciri-ciri rambut keriting, perawakan kecil, dan kulit hitam.Persebarannya di Semenanjung Malaka dan orang Mikroskopi di Pulau Andaman.
e.       Golongan Weddoid
Golongan Weddoid berasal dari Srilanka dengan ciri-cirinya adalah perawakan, kulit sawo matang, dan rambut berombak. Persebarannya adalah orang Sakai di Siak, orang Kubu di Jambi, orang Enggano (Bengkulu), Mentawai, Toala Tokea, dan Tomuna di Kepulauan Muna.
f.       Golongan Melayu Mongoloid
Golongan Melayu  Mongoloid adalah golongan terbesar yang ditemukan di Indonesia dan dianggap sebagai nenek moyang bangsa Indonesia. Ciri-cirinya adalah rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Golongan ini dibagi atas: Golongan Melayu Tua (Proto Melayu) seperti Suku Batak, Toraja, dan Dayak. Golongan Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti Jawa, Bali dan Banjar.

2.3  Corak Kehidupan Masyarakat Masa Pra-Aksara
a.      Pola Hunian
Lingkungan merupakan faktor penentu manusia memilih lokasi permukiman.Oleh karena itu, manusia memperhatikan kondisi lingkungan dan penguasaan teknologi. Terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan kondisi lingkungan, antara lain:
1.        Tersedianya kebutuhan akan air, adanya tempat berteduh, dan kondisi tanah yang tidak terlalu lembab,
2.        Tersedianya sumber daya makanan baik berupa flora-fauna dan faktor-faktor yang memberikan kemudahan di dalam cara-cara perolehannya (tempat untuk minum binatang, batas-batas topografi, pola vegetasi),
3.        Faktor-faktor yang memberi elemen-elemen tambahan akan binatang laut atau binatang air (dekat pantai, danau, sungai, mata air) (Subroto,1995:133-138;Butzer,1984:14-21).
Kehidupan manusia pada masa prasejarah tergantung pada lingkungan dan penguasaan teknologi.Sumber-sumber subsistensi dari lingkungan ditambah dengan penguasaan teknologi pada masa itu, mengakibatkan pola kehidupan berburu dan mengumpulkan makanan.Selain itu, manusia juga memanfaatkan bentukan alam untuk mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu, gua dan ceruk menjadi salah satu alternatif tempat tinggal bagi manusia pada masa prasejarah (Nurani,1999:1-13).
Selain sumber daya yang memadai, aspek-aspek fisik lingkungan merupakan faktor penting lainnya yang menentukan kelayakan suatu lokasi untuk permukiman. Dalam kaitannya dengan hunian gua, faktor-faktor tersebut meliputi morfologi dan dimensi tempat hunian, sirkulasi udara, intensitas cahaya, kelembaban, kerataan dan kekeringan tanah, dan kelonggaran dalam bergerak (Yuwono,2005).
Kawasan Gunung Sewu merupakan daerah yang bercirikan ribuan bukit karst yang menampilkan sejarah kehidupan manusia, setidaknya sejak kala Pleistosen Akhir hingga Holosen Awal.Salah satu karakter budaya yang khas adalah pemanfataan gua dan ceruk secara intensif. Ekskavasi yang telah dilakukan di sejumlah gua hunian prasejarah di Gunungkidul memberikan gambaran adanya aktivitas pemanfaatan bahan baku yang tidak berasal dari wilayah permukimannya. Beberapa temuan yang didapatkan di gua-gua itu merupakan hasil dari daerah pantai, bukan dari daerah pedalaman, seperti peralatan dan perhiasan dari cangkang kerang laut dan juga adanya temuan hasil eksploitasi daerah pantai di situs-situs pedalaman tetapi belum diketahui bagaimana temuan itu dapat sampai di pedalaman. Dari hasil barter antara komunitas pantai dan pedalaman, atau hasil eksploitasi komunitas pedalaman di daerah pantai. Dengan terungkapnya bagaimana hubungan itu terjadi maka data tersebut berguna untuk memahami proses penghunian dan migrasi manusia purba di Jawa dan Indonesia (Tanudirjo dkk,2003:1–2).
Data yang diperoleh dari hasil survei penelitian pendahuluan di Kecamatan Tanjungsari, Gunungkidul yang dilakukan oleh Tim PTKA UGM pada tahun 2003 (Tanudirjo, dkk., 2003; Yuwono, 2005: 40-51; lihat Peta 1) dan survei lanjutan oleh penulis pada tahun 2006 diketahui adanya 53 situs gua dan 23 diantaranya merupakan situs gua dan ceruk yang potensial dijadikan hunian pada masa prasejarah. Dari hasil PTKA tahun 2003 tersebut diketahui adanya pola spasial gua dan ceruknya, terdiri atas tiga kelompok yaitu daerah pesisir, daerah pedalaman, dan daerah ‘antara’.Namun dari penelitian tersebut tipe hunian gua dan ceruk tersebut belum diketahui, gua untuk hunian sementara atau atau hunian menetap.
b.      Sejarah api pertama kali ditemukan
Dalam sejarah banyak sekali penemuan-penemuan yang sangat membantu bagi kehidupan kita, dan hampir setiap penemuan dalam sejarah bisa merubah kehidupan umat manusia hingga dunia. Salah satunya adalah api, sedikit aneh memang kalau kita membicarakan tentang api, namun api yang kita pergunakan memang merubah bagi kehidupan, dan kita juga harus tahu sejarah pertama kali api itu ditemukan di dunia ini. Api sangat dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia walau kadang api ini menimbulkan masalah. Tergantung seperti apa api itu kita gunakan, ada pepatah mengatakan "kecil jadi kawan dan besar jadi lawan". Manfaat api memang sudah bisa kita rasakan dalam kehidupan seperti untuk penerangan, memasak, menghangatkan tubuh dan lain sebagainya. image source : public-domain-image.com Dan terkadang kita bertanya-tanya bagaimana api mula-mula ditemukan dan siapa penemunya?, Api atau energi panas yang pada awalnya bisa kita dapatkan dengan membenturkan dua buah batu atau dengan mmenggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api yang kemudian bisa kita gunakan pada ranting kering atau daun kering yang kemudian bisa menjadi sebuah api. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul membakar pohon-pohon itu. Mulai dari situ lah peradaban mulai berubah, para manusia purba itu pun baru mengenal api untuk memasak, penerangan dan yang lainnya.
c.       Sistem Kepercayaan
Pada Masa Praaksara Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir, manusia purba mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya.Untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya manusia purba malakukan berbagai upacara dan ritual. Sistem akepercayaan yang di anut manusia pada masa prakasara atau masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan shamanisme.
a. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan sesaji.
b. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda yang memiliki gaib. Manusia purba melakukanya dengan menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris, azimat, dan patung. 
c. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan manusia purba membutuhkan sarana, dengan membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang besar.Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum (kebudayaan batu besar). 

2.4  Perkembangan Teknologi dan Hasil Budaya Praaksara Indonesia
Kehidupan manusia purba pada masa praaksara senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan.Perubahan dan perkembangan itu dapat di jelaskan sebagai berikut.
1.       Masa Berburu dan Meramu Kehidupan. 
Manusia purba masa berburu dan meramu senantiasa berpindah-pindah (nomaden).
Kehidupan pada masa berburu dan meramu disebut food gathering artinya mengumpulkan makanan yang di sediakan oleh alam tanpa mengolah atau menanam terlebih dahulu. Alat-alat yang digunakan pada masa itu antara lain kapak perimbas untuk marimbas kayu, menguliti binatang, dan memecah tulang; kapak genggam untuk menggali umbi dan memotong hewan buruan; dan alat serpih digunkaan sebagai pisau.
2.      Masa Bercocok Tanam Pada. 
Masa ini manusia purba sudah mengenal bercocok tanam (food producing).Namun demikian kehidupan berburu dan merapu tidak sepenuhnya ditinggalkan.Masa ini pula manusia purba mulai tinggal menetap (sedenter) di suatu kampung dengan rumah panggung. Alat-alat yang di gunakan pada masa bercocok tanam berasal dari batu yang telah di haluskan, antara lain mata panah untuk berburu; barang pecah belah dari tanah liat (gerabah); beliung persegi untuk menebang kayu dan mencangkul; kapak lonjong untuk mengolah tanah.
3.      Masa Perundagian (Pertukangan) 
Pada masa ini manusia sudah mengenal teknologi sederhana dan pembagian kerja.Saat itu manusia menganal pertukangan dan pengecoran logam seperti perunggu, tembaga dan besi sebagai barangbarang kebutuhan rumah tangga. 
a. Nekara dan Moko, berbentuk seperti tambur atau dandang terbalik. Digunkaan pada upacara adapt sebagai benda pusaka. 

b. Kapak perunggu/kapak corong, berbentuk menyerupai corong terbuat dari perunggu. 

c. Benda-benda lain, seperti bejana perunggu, manik-manik, gerabah dan mata tombak. 

Bangunan yang di buat pada masa megalitikum diantaranya. 
a. Menhir, adalah tiang atau tugu batu yang berfungsi sebagai prasasti dan melambangkan kehormatan arwah nenek moyang. 

b. Dolmen, adalah meja batu untuk meletakkan sesaji. 

c. Peti Kubur Batu, adalah lempeng batu besar berbentuk kotak persegi panjang berfungsi sebagai peti jenazah. 
d. Sarkofagus, adalah batu besar yang di pahat berbentuk mangkuk terdiri dari dua keeping yang ditangkupkan menjadi satu. Berfungsi sebagai peti jenazah. 
 e. Punden Berundak, adalah bangunan berupa batu susunan batu berundak seperti candi. Digunakan untuk upacara pemujaan. 
f. Waruga, adalah peti kubur batu berukuran kecil, berbentuk kubus dan memiliki tutup lempengan batu yang lebar.



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Berakhirnya masa praaksara tiap-tiap bangsa tidak bersamaan.Mengapa demikian?Hal ini berkaitan erat dengan tingkat peradaban dari bangsa-bangsa yang bersangkutan.Bangsa Sumeria misalnya, telah mengenal tulisan sejak 4000 SM. Bangsa Sumeria menggunakan simbol-simbol sebagai huruf yang disebut piktograf. Sedangkan, Bangsa Mesir Kuno mengenal tulisan sejak 3000 SM. Tulisan Bangsa Mesir Kuno hampir sama dengan tulisan Bangsa Sumeria. Hanya perbedaannya, huruf Bangsa Mesir Kuno menggunakan simbol-simbol seperti perkakas, hewan, atau alat transportasi tertentu.Huruf ini disebut hieroglif.

Indonesia mengakhiri masa praaksara pada awal abad ke-5 Masehi.Para pedagang India datang pada saat itu dan membawa kebudayaan dari India berupa seni arsitektur bangunan, sistem pemerintahan, seni sastra dan tulisan.Tulisan tertua di Indonesia terdapat di Batu Yupa, Kutai, Kalimantan Timur.Tulisan tersebut menggunakan huruf Pallawa.Sejak berakhirnya masa praaksara, muncullah masa aksara (masa sejarah). Di Indonesia, sudah mengalami kemajuan. Sistem pemerintahan kerajaan mulai berkembang, agama Hindu-Buddha mulai berkembang.Kegiatan perdagangan dan pelayaran pun semakin maju.

3.2  Saran
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman praaksara, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi.Dalam artian bahwa bukti-bukti praaksara didapat dari artefak-artefak yang ditemukan di daerah penggalian situs praaksara.Oleh sebab itu ada baiknya kita menjaga dengan baik benda-benda peninggalan manusia praaksara, agar kita dapat mengetahui kehidupan jaman dahulu.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Negrito